Pages

Jumat, 12 Oktober 2012

MERTUA

Suatu pagi di tahun 1999 Mertua yang kini alamarhum bertanya pada saya.
" Hombing,,Sebenarnya berapa gajimu?".
Sedikit bangga lalu saya jawab.
"Tiga juta pak".
Mertua saya balik berkata,
" Oh...segitunya, kalau begitu berhenti aja kerja ikut Bapak ngangkut Sembako di pelabuhan Batu Ampar. Sekalian kamu jualan!".
Dengar ajakan Mertua itu saya terheran-heran, ternyata dengan pekerjaan selama ini saya banggakan tak ada apa-apanya sama Mertua.
Dari istri baru saya ketahui penghasilan Mertua rata2 Rp.500.000,- ( lima ratus ribu perhari ) . Mungkin mental belum siap saat itu karena saya nyaman dengan gaji segitu.
Ternyata tak ada yang pasti di Indonesia ini. Zona nyaman saya jadi tak nyaman di akhir tahun 2003, karena perusahaan tempat saya kerja di jual oleh Pemerintah
Untuk itu kepada teman - teman semua yang kini mempunyai penghasilan lebih, tak salah mencari tambahan penghasilan di luar gaji yg sudah pasti diterima setiap bulan. Misalnya membuat kontrakkan, atau istri yg pandai membuat kue dsb. Mungkin anda lebih mengetahuinya lagi.
Untuk Almarhum Mertua,,,semoga tenang di Alam sana. Aamiin

Selasa, 12 Juni 2012

DUA PEMANCING YANG HEBAT

Diceritakan tentang sebuah kejadian yang dialami dua orang pemancing yang sama-sama hebat, berinisial A dan B. Keduanya selalu mendapatkan banyak ikan. Pernah mereka didatangi oleh 10 pemancing lain ketika memancing di sebuah danau. Seperti biasa, keduanya mendapatkan cukup banyak ikan. Sedangkan 10 pemancing lainnya hanya bisa gigit jari, karena tak satupun ikan menghampiri kail mereka.

Ke sepuluh pemancing amatir itu ingin sekali belajar cara memancing kepada kedua pemancing hebat tersebut. Tetapi keinginan mereka tidak direspon oleh pemancing berinisial A. Sebaliknya, pemancing
berinisial A tersebut menunjukkan sikap kurang senang dan terganggu oleh kehadiran pemancing-pemancing amatir itu. Tetapi pemancing berinisial B menunjukkan sikap yang berbeda. Ia bersedia menjelaskan tehnik memancing yang baik kepada ke-10 pemancing lainnya, dengan syarat masing-masing diantara mereka harus memberikan seekor ikan kepada B sebagai bonus jika masing-masing
diantara mereka mendapatkan 10 ekor ikan. Tetapi jika jumlah ikan tangkapan masing-masing diantara mereka kurang dari 10, maka merekatidak perlu memberikan apapun.

Persyaratan tersebut disetujui, dan mereka dengan cepat belajar tentang tehnik memancing kepada B. Dalam waktu dua jam, masing-masing diantara pemancing itu mendapatkan sedikitnya sebakul ikan. Otomatis si B mendapatkan banyak keuntungan. Disamping mendapatkan `bonus' ikan dari masing-masing pemancing bimbingannya, si B juga mendapatkan 10 orang teman baru. Sementara pemancing A, yang pelit membagi ilmu, tidak mendapatkan keuntungan sebesar keuntungan yang didapatkan si B.

Pesan Moral:

Kisah di atas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan akan jauh lebih bermanfaat bila diamalkan. "Hanya dengan cara kita mengembangkan orang lain yang membuat kita berhasil selamanya," kata Harvey S. Fire Stone. Karena tindakan tersebut disamping menjadikan kita lebih menguasai ilmu pengetahuan, kita juga mendapatkan keuntungan dari segi finansial, pengembangan hubungan sosial, dan lain sebagainya. "Jika Anda membantu lebih banyak orang untuk mencapai impiannya, impian Anda akan tercapai," imbuh Zig Ziglar, seorangmotivator ternama di Amerika Serikat.

Bentuk pemberian tak harus berupa uang, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya, melainkan juga dalam bentuk kasih sayang, perhatian, loyalitas, motivasi, bimbingan dan lain sebagainya semampu yang dapat kita berikan. "Make yourself necessary to somebody. – Jadikan dirimu berarti bagi orang lain," kata Ralph Waldo Emerson. Kebiasaan memberi seperti itu selain memudahkan kita memperluas jalinan hubungan sosial, tetapi juga membangun optimisme karena merasa kehidupan kita lebih berarti.[aho]

Sumber: Andrew Ho.

Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best seller.

Senin, 23 April 2012

LULUSAN SD JADI PENGUSAHA, SARJANA JADI KARYAWAN

TEMPO.COJakarta - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mencatat angka lulusan sarjana (S1) kalah telak dari lulusan sekolah dasar dalam hal memulai menjadi seorang pengusaha.


"Datanya diolah dari data yang kami dapat dari Kementerian Pendidikan," ujar Deputi Pengembangan Kewirausahaan Kementerian Koperasi, Taty Ariati, Sabtu, 7 April 2012.

Berdasarkan data itu minat lulusan sekolah menengah umum untuk menjadi pelaku usaha kecil dan menengah hanya 22,63 persen. Angka ini kalah dibanding minat dari lulusan SD dan sekolah menengah pertama yang mencapai 32,46 persen. Adapun lulusan perguruan tinggi hanya 6,14 persen.  Taty menyatakan data tersebut bisa menjadi catatan bahwa kurikulum pendidikan yang diajarkan di bangku sekolah saat ini cenderung tidak mendorong seseorang berminat menjadi seorang wirausahawan, tapi lebih tertarik bekerja kantoran.

Sekolah tidak lebih banyak mengajarkan keterampilan bagi peserta didik, sehingga cakap dalam persaingan usaha. Hal itu semakin kuat karena hingga kini budaya sebagian masyarakat Indonesia, sebagian besar orang tua, masih berharap anak-anaknya dapat menjadi karyawan sebuah perusahaan ketimbang membuka usaha sendiri.

"Kesannya ketika makin tinggi (tingkat pendidikannya), orang malas jadi pengusaha UKM karena di bayangannya mereka inginnya jadi karyawan," ujar dia.


Melihat fenomena itu lembaganya terus memberikan edukasi dan informasi bagi lulusan sekolah berbagai tingkatan untuk menjadi pengusaha, sehingga semakin banyak lapangan kerja baru. "Mereka (UKM) itu tidak bergantung pada peluang kerja yang diberikan pihak lain. Justru mereka membuat (peluang) sendiri," kata dia.
JAYADI SUPRIADIN

Sumber: http://tempo.co